Posts

Showing posts from 2007

May Lady Christin

Matanya sebola pimpong hidungnya sedikit mancung jika dia tersenyum dari samping akan tampak lesing bukan lesung pipit kata banyak orang... saya menyebutnya lesing sebuah kata ciptaanku, andai kau meliat senyumnya dia lahir dibulan Mei namanya May Lady di layar panggilan kotak telepon kuketik dan kuabadikan bukan May tetapi My Lady tak perlu kusebut on May my lady Karena tak selalu bulan Mei bertemu pun bukan di bulan Mei cukup disini saja di sajak ini.. PEREMPUAN KU DI BULAN MEI

Jelang Tahun Baru

Desember ini melelahkan..bagi kami Kuli tinta, suara dan gambar Asal jangan tentang Pilkada Lagi...

Semoga Ibu...

Seperti seorang teman yang mengingatkan saya akan kalimat ini : "Seorang ibu bisa memelihara dan merawat 10 orang anak, tetapi 10 orang anak, belum tentu bisa merawat dan memelihara seorang ibu" Tiga hari, kemudian saya mewawancarai seorang ibu tua yang berprofesi sebagai pengantar bambu ke rumahrumah. Namanya Ibu Ludya, asalnya dari Toraja. Perempuan pengantar bambu itu tinggal di gubuk tua. Seharihari bekerja dari jam enam pagi sampai pukul sepuluh malam. Tak jarang saya melihatnya di Jalanan dengan kaki telanjang, dia mengantarkan bambu panjang berukuran 10 hingga 15 meter dengan gerobak tuanya. Dia mendorong gerobak, yang diatasnya terdapat 20 bambu panjang. Hari itu dia akan mengantarkan bambu pesanan orang di daerah tanjung bunga, dari tempatnya bekerja di Pertigaan Jalan Herstasning. Kebetulan ibu tua itu bertetangga dengan saya. Pernah suatu ketika dia cuti dari mengantar bambu. Pasalnya, anaknya akan menikah. Bahagia tentu saja terpancar dari ibu tua itu. Dia m

Karna Globalisasi yang Gombal

kalo orang kecil, mungkin berkata : "berhenti aja ngurusin malaysia yang menyiplak Rassasayange Reog dan batik. Toh bangsa ini ngurusin rakyatnya aja susah. sok ngurus yg gitugituan. TKI bermasalah kagak selesei, lapangan kerja alamak.. ngapain ngaku harga diri kalo kalo Arca bersejarah di Yogyakarta juga dijual oleh penjaganya yg udah kaya. Tokoh masyarakat lagi yang jualnya".. Saya masih ingat tulisan Budiarto Shambazzy, tentang bangsa kita yang bangsa penyiplak. Ceritanya ketika Lady Diana tewas dengan tragis. kurang lebih ceritanya begini Lady Diana asal Inggris bersama Dody Alfayet , turunan arab, menaiki mobil mewah buatan jerman, diikuti motor paparazzi buatan jepang, kemudian kecelakaan di terowongan Paris Perancis. Kecelakaan itu menyebabkan keduanya dirawat di Amerika, menggunakan obatobatan buatan Brasil. Sementara Indonesia hanya bisa mendengar berita ini melalui melalui komputer yang dibajak asal Singapura dengan piranti lunak dari Banglades.... karna globalisas

Jangan Pelihara Maestro Kami Pakcik....

saya menyadurnya dari feature kompas tanggal 14 November 07 berjudul : ' Jangan Ambil Angklung Kami Pakcik' Mang Udjo : ' Bangsa yang dihargai, adalah bangsa yang memelihara kebudayaannya, bukan bangsa yang menciptakan kebudayaan lalu melupakan.... Sebuah diplomasi kebudayaan telah ditunjukkan salah seorang maestro kita, Mang Udjo melaui muridnya Ika Widyaningsih. Ika yang diundang dalam sebuah pertunjukan kesenian Malaysia-Indonesia di Kuala Lumpur, tampil mengesankan dan memukau penonton yang dihadiri kedua pejabat antara RI dan Malaysia. Lewat pergelaran angklung interaktif pada salah satu sesi "Malam Budaya Indonesia", dari atas panggung, Ika dengan fasih menuntun mereka bagaimana cara memegang dan membunyikan angklung yang benar. Dato’ Sri Rais Yatim (menteri kebudaayaan Malaysia) bersama istri juga mengikuti peragaan Ika, yang kemudian disusul instruksi tentang bagaimana posisi dan cara menggerakkan angklung agar menghasilkan nada-nada dasar musik yang

Hidup itu..

Hidup bukan untuk kerja melainkan Kerja hanya untuk hidup selebihnya terserah anda...................

sebuah pesan

taukah... citacita selalu samar meski di depan mata tapi... peganglah ini, berupa sesuatu sekedar oleholeh jika berjalan satu konsisten dua tekun suatu waktu di ujung perjalanan berikan juga oleholeh ini kepada sesiapa saja ada yang menganjurkan untuk menyimpan dann memelihara dua bagian itu entah siapa, masih samar sebagaimana citacita di perhentian pasti ada jawaban

kanakkanak kata

dalam sehari kuterbiasa mendengar dua tiga kata yang melekat dirimu dan selalu kusembunyikan sepatah kata yang menarik dari bibirmu dua mungkin, tiga patah kata kan serentak kuulang di depanmu supaya tertawa menjadi selingan pandang yang kucuri dibalik senyummu. lalu kuterbiasa tertawa tanpa selingan pandang juga tak lagi mengulangkata yang melekat diantara kita. Kemudian usia mengharuskan kita bersikapselayak orangtua tanpa jadi kanakkanak sewaktu kita baru berkenalan. tetapi aku masih menyimpan kenangan itu. Kenangan kata yang selalu kuulang dari bibirmu. Aku merindukannya. Meski tua usia kita, anak cucu masih rewel. sesekali jika berdua bersediakah kita menjadi kanakkanak karna kata kan kuulang sepatah hingga tiga kata yang pernah melekat di bibirmu

berbintang, malam, kata

kali ini malam berbintang setelah senja dan ramalan cuaca tak mampu kusayat dengan kata yang miris sesuatu yang klise, sebagaimana penyair pengarang mengenang senja dan ramalan cuaca mereka selipkan dalam metafora yang aneh untuk sebentuk puisi juga cerpen kali ini malam berbintang tanpa kata.. mungkin esok juga begitu

M Y A N M A R

Catatan Pinggir Goenawan Mohamad Kau benar, Suu Kyi: keberanian bisa menular. Ia juga bisa menyentuh. Dunia kini tengah menyaksikan dengan kagum deretan 10 ribu biarawan dan biarawati berjubah merah berbaris dari Pagoda Shwegadon, menapak jalan-jalan kota Yangoon. Telah sepuluh hari lamanya mereka utarakan apa yang selama ini telah kau utarakan, mereka ucapkan apa yang selama ini dibisukan: pemerintahan militer tak bisa diterima! Myanmar tak bisa ditindas! Mereka juga datang memasuki Avenue Universitas, mendekat ke rumah tempat kau ditahan selama sebelas tahun. Seratus orang polisi mencegah. Para biarawan itu mundur. Tapi akhirnya ada yang juga mendekat. Orang-orang melihat kau muncul di jendela. Kau melambai, menyambut mereka—dengan mata basah. Aku ingin sekali berada di jalan itu, Suu Kyi. Tiap keberanian untuk keadilan adalah cercah harapan—benda langka di zaman yang sinis. Seperti berkah yang hilang, seperti wahyu yang selalu tertunda. Tapi keberanian, biarpun

waktu kita....

sesuatu mengucap tentang di bibirmu dan aku bukan yang kau maksud meyumpah serapah lelaki itu hingga kau tak menyebut namanya lagi aku senang waktu adalah ketika bukan untuk menunjuk jam itu aku kau berucap... 'waktu kita...blablabla' aku yang kau maksud senang minta ampun karna kali ini baru menyebutku... 'waktu kita....' kau dan aku tak peduli apa yang kita lakukan waktu itu entah apa.. cukup kau menyebut namaku dan namamu berdua saja di hadapanku dan mereka senang....juga tidak mungkin pertanda bahwa kita adalah.... ya atau tidak

bulan menanti...

sampai nanti berbuka puasakita nanti berbuka puisi berlebaran di ujung puasa juga kita menyaji puisi saling menyapa indahkarna kita bertukar puisi mencoba rasa masingmasingsebagai hidangan berbuka puasa hingga nanti kita bersuamemuji satu dan yang lainsalamsalam dan memaapkankarna satu berupa puisi

kunci serupa senja

ada yang membisik telinga hingga kita menatap senja dan tak bisa membencinya dulu.. kita tenggelam dalam ingatan saat kita masih berdua duduk berdampingan karena senja kita menyimpannya rapi dalam kepala juga sepakat membuat pintu dengan dengan kunci serupa senja mudah diingat dan ketika senja tiba kita bersua lagi tak saling menyapa cukup membuka pintu serupa senja kata kuncinya

pohon apel

aku ingin dikuburkan di dalam pohon apel supaya orangorang tak bermaksud berziarah dan anakanakku dapat memetik buah apel dari pohon itu, aku bisa merasakan mereka biarlah, aku tak ingin dimakamkan di pemakaman umum yang sempit, dan ramai. bermain dibawah pohon apel adalah kenangan masa kecil apalagi saat harus memetik buah.. kita bergandengan saling memapah hanya untuk memetiknya..hanya kita berdua.. hanya kita

membenci senja

masih tentang senja kenapa juga slalu tentangnya apa aku tak seindah itu atau ucapkan saja kata 'manis' sebagaimana kau menghiburku di awal pertemuan kumohon tatap aku.. jangan menatap senja itu lagi saat itu.. jika senja tiba aku tak mengganggumu karna dia kekasih pertamamu berulang kali kuyakinkan aku membenci senja

catatan feby

kemanakah engkau hendak mencari keindahan dan cara bagaimana pula dia dapat kautemukan pabila tidak dia sendiri berada di jalanmu mereka yang duka dan terluka akan berkata : 'keindahan itu ramah dan lembut laksana sutera, semisal wanita muda yang baru pertamakali bermahkota, maka dia masih tersipu membanggakan keagungan cahayanya yang baru' mereka yang bersemangat berpendapat : 'tidak.., keindahan itu perkasa kuat dan dasyat, ia laksana gempa mengguncang bumi pijakan kita dan prahara yang menggelegarkan langit naungan kita' Mereka yang letih akan bicara : 'keindahan itu rangkaian bisikan yang sangat mesra, dia bicara dari rongga jiwa. suara yang mengalah pada kebisuan kita, bagaikan cahaya redup yang gemetar sayup pada bayangan yang datang meniup' di kala siang, teriknya matahari. pekerja dan musafir bersaksi : 'tlah kami lihat dia di waktu senja dari langit, ia menampakkan dirinya' di musim dingin, mereka yang didera dinginnya salju berbisik

pesan dedaun

dedaun itu... sedikit lagi pasti jatuh kebumi mereka mengering dengan kulitnya pucat dan renta kayak kakek nenek yang terbaring ajal sebentar lagi menyatu dengan tanah namun cinta tak membuatnya menyerah dan jatuh saat mereka seharusnya gugur menyentuh bumi kayak kakek nenek atas vonis dokter seharusnya sudah ajal seketika mereka masih terbang bersama angin seolah menikmati kebebasan tanpa beban seringan kapas kayak kakek nenek yang masih sempat tersenyum dan mengigau kepada anak cucu dedaun itu gugur dengan senyum meninggalkan pesan bersama angin sebelum akhirnya menyatu dengan tanah kayak kakek nenek ajal menjemputnya dengan senyum merekah bahagia keduanya memberi pertanda

ramalan cuaca

jika kau melihat cuaca menikmati cerah datang sediakah menggandeng tanganku ? sekedar berjalanjalan melihat pantai dan senja sore menatap matahari tenggelam ditemani simponi gitar dari pengamen yang memaksa sediakah kau... atau jika hujan datang hendakkah menunda perjalanan diatas motor sekedar berteduh dan di balebale beratap rumbai kelapa kering gigi kita bergeretak sambil tertawa kita kedinginan sediakah kau .... telah kulihat ramalan cuaca esok hari di layar kaca semua kurencanakan menurut mereka cuaca akan cerah di senja hari ini pertanda baik, pasti .. tetapi langit cerah sekalipun tak selamanya memancarkan rencana di kepala sungguh ... tak lagi kulihat ramalan cuaca

sebuah ramalan cinta

angin meniup awan memberitahu pertanda hari ini akan berat kata mereka : 'hujan akan turun disertai angin kencang' tetapi tetap saja petani masih meladang tak peduli ramalan cuaca tak peduli juga kata orang tentang kita bukankah dia seperti cuaca hanya kirakira kita tak cocok kita ikut saja kata hati petani yang meladang sebagaimana mereka hanya menerka dengan hati mereka panen dan tetap hidup bukan tak seperti ramalan cuaca hanya menerka kirakira

Tak Selamanya...

Langit cerah, bukan berarti tak ada bencana bukan hal yang baik bukan berarti baik melulu bukan........ Jangan selalu mematok langit, hanya dengan melihatnya dan memberi pertanda, kita bukan Tuhan kan, juga kita tak hidup di jaman nenek-kakek yang peladang melihat langit pertanda bahagia dan pertanda buruk. Olehnya itu ingat selalu pesan Bang Napi W A S P A D A L A H Karna pertanda tidak selalu baik, juga tak selalu buruk Niat baik juga tak selalu baik, apalagi niat buruk tak selamanya buruk, selalu ada ujungnya berupa karunia bernama Pelajaran, atau religinya bernama H I K M AH

T r o p i Y a n g S e p i

IchsaN AmiN Baru saja memenangkan penghargaan KPI Award sebagai Feature Terbaik Kedua Dalam Sayembara Feature Radio yang diadakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia, Feature itu Berjudul 'Kisah Pekerja Lampu Jalan' yang dikirim oleh Ichsan Amin dan Suwarni Dammar, keduanya adalah Wartawan Radio Suara Celebes FM, yang sebentar lagi menjadi mantan wartawan SCFM. Tapi kami bangga kok, perusahaan media tempat kami bekerja tak memberikan appresiasi...., maka itu Tropi ini kami kami sebut Tropi Yang Sepi Sekitar, Tetapi Bahagia Hati Karna Sebuah Cipta kami sebagai wartawan feature yang mengugah Nilai Humanis, dari manusiamanusia kecil yang ada di muka bumi seperti halnya 'Kisah Pekerja Jalan'

AArrrggghhhh

Teramat bahagia cukup dengan menatap bebek. Tapi bukan bebek, bebek hanya salah satu dari sejenis binatang bego, barangkali saat itu ada itik yang lebih bagus. kubuatkan dongeng buat kau tentang itik, sekedar menantang kebegoanmu ytang selalu mencintai senja sialan itu. Berdongeng Itik jangan menyebut senja ia sudah usang bukankah banyak perpisahan yang nikmat daripada senja maka tataplah berpuluh ekor itik kala pagi hari menyebrang jalan menuju sawah dan sore hari, kala mereka menuju kandang itu perpisahan nikmat bukan dan di setiap malam kuabadikan berpuluh ekor itik menyebrang jalan sebagai harap mimpi indahku maka senja bukan lagi dongeng tidurku

sekedar celoteh b'manfaat

kata mereka tak ada yang lebih jujur dari pada harga diri dan kejujuran itu sendiri prinsip hanya ada dua bagaimana hubungan sesama manusia juga hubungan dengan Tuhan terjalin dengan harmonis dan lagi kata mereka tak ada yang sempurna memang

veteran tua dan setengah baya

aku sedang makan, di warung kecil pinggir jalan dua orang muncul. satu perempuan setengah baya satunya lagi tua renta berbatik dan kopiah tua si perempuan memanggil bapak. sambil menatap menu berada tepat dibelakangku : "pesan apa pak" belum sempat berkata. perempuan itu memesan dua porsi gadogado, menu termurah di warung itu sesekali si bapak menutup mulut dengan tangan kanan menahan batuk dengan paksa. perempuan itu hanya bisa mengelus dada sang bapak. dan menuang air putih dalam botol kemasan tua, barangkali bekal dari rumah jika si bapak kehausan. tua rentanya sang bapak menghapus lapar para pelanggan yang siap santap tangan kirinya tak hentinya menempel di bagian dada kiri si bapak. matanya lurus juga tak hentinya menatap sebuah map tua yang ditaruhnya diatas meja makan warung ia lalu menatap anak perempuannya yang setengah baya. akhirnya tangan kiri di bagian dadanya terlepas juga setelah lama menempel sejak ia masuk ke warung ini "Simpan mako ini di dompetmu nak,

kebetulan

sayang.. kenapa membenci kebetulan bukankah kebetulan mempertemukan kita lalu kenapa jua membenci hujan di waktu hujan tidakkah kita berpelukan jangan mencari jawaban sayang.. P e r c u m a hanya orang bodoh mencari butiran debu dalam taman rumput hijau yang luas G e l a p bukan tak bercahaya, katamu.. ia hanya sebentuk gelombang yang dapat ditangkap matamu dan mata kita sudah kukatakan jangan mencarinya dan buntung selaksa duka membawa bencana mampukah mencari jawabnya maka jangan slalu kenapa.. segumpal perasaan dan sebongkah nafsu belum cukupkah membangun rumah kecil serupa cinta kalau belum cukup kabari aku jika menemukannya bisa jadi masih berupa k e b e t u l a n

Es Krim

kuberi es krim katamu hanya gombal belaka jadi kuganti dengan mawar yang tahan lama berupa buatan tangan oleholeh tak mudah hilang karna waktu sebagaimana kau menulis namaku di pasir dan aku memahatnya di batu karang yang abadi biar lama dan tertanam lalu kita menggantinya berupa tanaman bunga yang masih kecil sejak benih kita jaga sebagai tanda hubungan kita serupa tanaman bunga itu sebagai janji membesarkan bersama dan menyimpannya di halaman rumah di setiap minggu kita menyimpannya bergantian di rumahmu dan di rumahku biar sering ketemu jadi pengganti malam minggu lebih mengenalmu bunga itu mati perlahan kutinggal sendiri di halaman belakang tak kuberi makan dan minum ia lunglai dan kau marah hanya es krim yang bisa kuberi selebihnya hanya janji yang tak kutepati

sebuah mahkota dari banyak mahkota

kukonotasikan ia sebuah gelar ya.. gelar sarjana tentunya perlu tujuh tahun mendapatkannya di menitmenit terakhir kusebut Losstime sebagaimana permainan game winning eleven juga perlu pemberontakan yang nanti jadi lusuh kunamakan hanya maskot sebuah simbol yang melekat di akhir nama panjangku sekedar syarat bagi keluarga untuk undangan pernikahan nanti tak ada yang berubah kecuali bapakku mengharap ia tak pernah masuk ke dalam rumah, hanya menungguku dari pagi, siang hingga malam hari agar aku pulang cepat selesai ujian meja dan memelukku.. aku katakan 'aku telah mendapatkan MAHKOTA itu bapak mahkota yang dimiliki kebanyakan orangg'. mahkota yang dibanggakan oleh banyak orangtua kusamakan ia amanah paling tidak yang satu itu telah terbayar TERIMAKASIH BAPAK DAN MAMA'KU (mudahmudahan aku masih kuat menjalankan amanah dari mu dan berharap tak mengecawakanmu)

Berdongeng Itik

jangan menyebut senja ia sudah usang bukankah banyak perpisahan yang nikmat daripada senja maka tataplah berpuluh ekor itik kala pagi hari menyebrang jalan menuju sawah dan sore hari, kala mereka menuju kandang itu perpisahan nikmat bukan dan di setiap malam kuabadikan berpuluh ekor itik menyebrang jalan sebagai harap mimpi indahku maka senja bukan lagi dongeng tidurku

masih ada tempat

masih ada jalan kesana tak seorang pun pernah melewati hanya setapak jalan itu dan memang untukmu berjejaklah kesitu lalu bergumamlah pada dunia kamu masih ada di setapak jalan itu ada rumah, juga untukmu merenunglah di situ lalu kabarkan pada dunia buah tulisan berupa kesaksian

sepuluh menit

hampir habis hanya sepuluh menit dia memberi waktu smangat masih panjang tuk menulis mencari ide dan menangkapnya waktu tlah habis hanya ini dulu sementara si penjaga warnet tak sabar menegurku tunggu esok hari kita bersua mencoret sepuasnya

ia punya mata, tak tahu arah...

Kirakira begitulah yang kuperhatikan ketika orang tergilagila dengan lawan jenis. Apapun dilakukan demi Cinta. Ia punya mata, kadang tak tau arah. Setiap orang pernah melakukan hal terbodoh dalam hidupnya. Ia berpikir sesuatu yang bodoh itu adalah pengorbanan lagilagi demi cinta. aduh maap saya tak bisa bercerita rahasia... Tapi... ia memang punya mata cuma kadang tak tau arah ia punya tubuh tapi tak punya jiwa ia punya hati kadang tak bercahaya begitulah Muhidin M Dahlan terinspirasi oleh puisi diatas yang kurang persis sama. Makna cinta yang disadurnya dari seorang penyelamat yang kini almarhum

senarai kata tlah siap

Aku menyiapkan beberapa kata untuk menjawab pertanyaanmu kau mengatakan A kusiapkan tiga kata jawabanku kau mengatakan B cukup empat kata kusimpan rapi dalam ingatan kau mengatakan C hingga Z ada beratus kata yang kususun rapi dan kurencanakan dalam kepala ...tapi kau hanya diam tak ada sepatah pertanyaan pun sungguh bodoh aku tak bisa menjawabnya lagi

sastra jelata

aku bukan pujangga yang pandai memainkan kata dan metafora tak tahu mengurut kalimat secantik si empunya tak pernah liat kamus bahasa indonesia juga tak paham metafora aneh yang bisa ngawur jadi hiperbola salahsalah jadi tiang parabola aku hanya jelata yang melata di perhentian sajak atas nama pemilik terkenal dan terpampang di dinding koran tapi bukankah jelata juga punya dunia kecil tempat berdongeng tanpa harus latah dengan metafora jelata hanya jelajah mencari bentuk maka jelata kita kaya dengan sastra

Percakapan di Dunia Kecil (ruangmayamilikku)

kita mencoret apa hari ini kalau sajak adakah yang membaca kalau cerpen kupikir terlalu panjang apalagi cuapcuap tentang keseharian melulu si anu kita bilang bangsat si cantik stengah mati dijadikan pemuja rahasia tak lelahkah memuji atau mengucap salam kepada si ini si itu atau ruang ini kita jadikan chicklit teenlit biar kita remaja lagi kalau begitu mencoret apa hari ini simpan saja coretanmu biar banyak datanglah kemari selipkan juga katakata pujangga terkenal biar tetamu minta kutip dan mengucap pujipujian bukankah itu yang kau cari bukanbukan itu aku mencari kritik bukan pujian bukanpula salam dan undangan untuk berkunjung kalau begitu takada sesiapa yang mampu... selain tampilan saya yang biasasaja engkau malas berkunjung ke dunia lain jarang pula membuat pujipujian kalau begitu dikaulah sahabatku yang mau menampung coretan ini dari dulu akulah tempat pembuanganmu keluhkesahmu kisah cintamu hanya aku yang mengerti kau teman sebuah dunia kecil untuk mencoret tempat kita bercakap

berkalikali dan terakhir

kutulis sehemat mungkin beberapa baris kalimat pada sebuah kertas cantik berwarna merah muda kalau tak salah hanya bisa memuat dua puluh kalimat sepuluh kata diakhiri tanda titik aku menulis bolehkah aku mencintaimu dan melihatmu tersenyum diamdiam di warung sekolah sore hari hingga duapuluh kalimat itu saat membacanya engkau menoleh ke belakang sebanyak lima kali ke kiri dan enam kali ke kanan mencari tahu siapa gerangan di warung sekolah sore itu tigakali engkau bolakbalikmencariku terselip sebuah kertas di bawah bangku dua puluh kalimat berulang tiga kata diakhiri titik kau menulis maaf tidak bisa hanya sekali mungkin yang terakhir kau menoleh ke belakangdan mendapatiku bukan dengan senyuman

sajak tertawa

tak cukup merajut kata setiap hari sekedar membuatnya tertawa bahagia membangun rumah kecil di hatinya juga tak cukup hanya dengan rencana ke bulan berdua sekalipun maka balas tak kunjung datang dari harap menggebu masih juga kau tak tau jangan salahkan sajak ini yang hanya bisa menertawaimu karna katakata tentang bulan berdua skalipun memang tak pernah cukup mencacimakimu dan akan terus begitu hingga kau memetik kata terakhir tapi hanya sementara sayang.. sajak lain merindukanmu istirahatlah dulu.. lain waktu kita bertemu

Setetes senja dan air mata

hanya setetes kala itu bersitegang dengan rimbun awan dan petir jadi menyambar sayupsayup matanya mulai redup di telan gelap yang sebentar lagi hanya setetes senja setelahnya bertumpah hujan tak henti di sudut sana seorang lelaki paruh baya entah kenapa tak berpaling air hujan membasahi tubuhnya wajahnya sayu orangorang tak jelas membedakan apakah ia menangis atau tidak setiap sabtu di bulan itu senja hari tak pernah lepas dari pandangannya senyumnya tertumpah mengenang senja kala itu maka setiap hujan tiba bersedihlah ia setetes senja dibalas setetes air mata

bilik kecil kotak cinta

dalam bilik kecil sederhana kau membuat jalan yang tak pernah kubangun sebelumnya sepertinya bebas hambatan tak ada terjal dan tak berkelok spakat berdua menyimpan merawat dan memeliharanya di tempat tenang dan aman kapankapan mari buka bilik kecil itu dan melihat kenangan yang kita bangun samasama dalam bilik kecil sederhana bernama kotak cinta

dia dan ia (sebuah harap tak sampai)

dia diam tak berkata skalipun dia membisu tak merasakan apaapa terbujur kaku di pembaringan karna vonis dari dokter di lorong hati paling dalam masih sempat harap dari kata yang keluar "aku menunggumu sayang..dimanakah kau rabalah tanganku, aku mengharap sayang datanglah.. jangan tunggu hingga ajal menjemputku dan sebuah nama terukir di nisanku dimanakah kau sayang....." ia datang dan membawa karangan bunga ia menciumnya ketika dia telah terukir jadi nisan

Cerpen icchankamin

Negeri Kaya Tukang Cerita (Icchank Amin) Suatu ketika datang kabar angin nun jauh disana. Tentang sebuah negeri bertaburan emas. Negeri kaya dengan impian, harapan dan kebahagiaan. Tanahnya subur, rindang oleh pepohonan, juga ada taman-taman surgaloka, dipenuhi bunga warnawarni yang cantik dan mewangi yang dijaga oleh bidadari-bidadari khayangan. Pokoknya tidak ada gontokgontokan disitu, tak ada bantai-membantai. Desasdesus mengenai kabar angin itu berkembang kembali menjadi perbincangan hangat di warung-warung kopi, warung Tegal, tukang becak dan bahkan cerita mirip dongeng itu terdengar di telinga para pejabat dan pengusaha di hotel-hotel berbintang tempat pertemuan mereka. Kabar itu muncul kembali setelah warga masyarakat lama merindukan kabar baik tentang cerita, kabar, dongeng yang diharapkannya jadi kenyataan. Maklum di kota Aneh Tak Bertuan itu, terbentuk dengan aneh karena semua penduduk seperti tuan di rumah sendiri tak kenal siapa kawan yang penting bisa makan. Jadilah kota i

cerpen icchankamin

Percakapan Tinta Makassar 12 Maret, 2006 Jangan biarkan kepalamu berpikir untuk Menulis, pikirkanlah bagaimana menggerakkan pena Sehati dengan tintanya, membentuk huruf, kata, kalimat, Paragraf, lembaran dan mencipta sebuah buku. Hasil karya nan elok kaupandang hingga maut menanti Mewarisi gading dibaca anakanak cucu adam kelak (anonim) Suatu hari di catatan ini, karena lama tak menulis dan berbicara dengan tinta pena hitam, sahabat kesunyian, pelepas kegelisahan… Saya lupa bagaimana caranya menulis dengan tinta pena, menulis huruf awal saja sudah seperti anak SD yang mirip cakar ayam seperti baru belajar menulis. Andai saja guru menulis indah, semasa SD melihat catatan jelek ini mungkin saya akan kena pukul oleh sang guru yang galak. Saya rindu menulis sesuatu, memang bukan profesi yang menjanjikan Namun saat ini menulislah yang dapat kulakukan. Kalau dahulu setiap satu kalimat yang lahir dari tinta pena yang berwarna hitam ini. Saya selalu berhenti untuk jeda sesaat, sekedar merokok

Filosofi Kopi, Perjalanan Hidup dan Pertanyaan ''Kenapa', 'Bagaimana'

Mungkin sedikit berhubungan Kopi yang baik tak hanya bergantung pada citarasa. Cerita tentang racikan Robusta diseduh dan dicampur aroma arabika, tak sebanding dengan suasana...... // Hidup itu bukan untuk kerja. Tetapi kerja adalah untuk hidup. Dijamin kalo hidup untuk kerja, yang ada hanyalah bagaimana menambah dan memperbanyak kekayaan. Kalau kerja adalah untuk menopang hidup, yakin saja kreatifitas akan lahir dari situ..... // Bukankah hidup juga butuh jalanjalan, mencari ketenangan dan inspirasi kemudian melahirkan pertanyaan 'Bagaimana', bagaimana kalau begini, bagaimana kalau begitu. Pertanyaan 'kenapa' hanya muncul pada filosofi mendasar kenapa hidupku begini, atau kenapa hidup saya cuma kerja melulu.. // Kebanyakan dari tokoh dunia menemukan segala sesuatunya dari sebuah kebetulankebetulan, biasanya bukan dari sebuah rencana. Melihat kegagalan adalah sebuah pelajaran berharga.. 'Kenapa' lalu 'Bagaimana' Sebut saja si 'eureka-eureka' dia

Lagi seorang Jurnalis Tewas.....

Nyawa lebih berharga dibanding sebuah berita........ Suherman, kameramen Lativi itu kini sudah berada di Alam Baka. Pekerjaan yang ia lakoni berakhir saat melaksanakan 'tugas suci' untuk meliput kapal Levina I yang terbakar di Tanjung Priok perairan Bekasi. Suherman bersama sejumlah kameramen naik keatas kapal Levina, tak lama setelah itu kapal oleng dan nyaris tenggelam. Ketika kepanikan berlangsung, Suherman dan Kameramen SCTV Muh Guntur lompat ke laut tanpa menggunakan peralatan standar. Suherman meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit. Muh Guntur belum ditemukan hingga saat ini... Itulah jurnalis.. kerja berat ibarat deadline kecepatan harus cermat Tapii ia tewas tak disangka melaksanakan 'tugas suci' pengabar informasi (wartawan makassar turut berduka...Anjungan pantai Losari 'SolidaritasWartawanMakassar)

Episode II (Cerita Pejabat OmongKosong)

Petruk Jadi Bebek petruk jadi bebek kala mengucap "blablabla dan bla semua beres" tandatangan pelancar bisnis pelicin izin jadi pamungkas atau sebut saja nama ini pejabat itu keluarga ponakan om satu kakek beda nenek pasti mulus sim salabim abrakadabra.... petruk jadi bebek simeleketehe ucap meneketehe sewa pengacara si tukang bicara alakazam.. petruk betulbetul jadi bebek di dalam kandang vonis penjara

Mengingat-Nya lagi

Usai sholat Jumat pukul satu siang.... terasa berat meninggalkan masjid jumat ini menjadi yang terbaik lagi khusyuk rasanya sholat sama warga biasa khutbahnya smangat dan bikin haru sesaat membikin aku mengingat-Nya mudahmudahan mengingat-Nya tak hanya sesaat

Sang Raja Menunggu Janji

di bibir sungai kecil gelap dalam semak sebuah hutan tak belantara seseorang berteriak, "LLama lama lama" sendiri ia termenung menunggu mereka lagi dihukum pada prosesi anggota baru tak jauh dari sungai kecilterdengar teriakan 'tunggumikakak 'termenung ia menunggu di kegelapan hanya menatap bintangdan menghitung sebisa mata menangkapnya akhirnya datang juga"slamat malam kakak" serentaknya sewaktu tiba di Pos IV berenam di suruhnya duduk mereka dengan ia didepannya bak raja yang dihormati sang raja menyuruh merekalepas lelah setelah hukum fisik dengan tatap bintang dan bernyanyi juga tentang bintangbintang ciptaan Titik DJ "Bintangbintang sinarkan cahyamuuu.." ada juga yang bernyanyi "bintang di langit kerlip engkau..." "Bintang kecil dilangit yang biruu..." selepas bernyanyi sebiji kue di bagi enam untuk dijaga tetap utuh sebagai tanda percaya mereka akan datang di pertemuan berikutnya maka sang raja menunggu mereka membawa kue

hahaha jujur

bisakah kita mengucap satu kata jujur tak hanya membincang berapa banyak kita dapat per bulan per tahun berapa banyak kita memanfaatkan atau berapa kali kita berbohong suatu waktu kita berbagi suatu kali kita jadi lawan sebatas inikah kepercayaan atau kita berteman hanya skedar hahahaha saja Berapa banyak yang kutinggal hanya demi kepercayaan tak usah hitung soal idealisme jangan pikir soal uang ucap kata jujur saja sudah cukup itu bukan sekedar hahaha saja

Seikat Permen dan Janji

“Anakku yang manis, ayah dan ibu akan membelikanmu seikat permen. Asalkan kamu berjanji untuk menjadi anak yang suka berderma kepada orang lain. perhatikanlah pengemis itu, kuberitahu kamu anakku ia bukan pengemis... bisa saja ia malaikat yang mengawasi kita”. kata ayah kepada si anak, sementara ibunya mencubit pipi si anak semata wayang. di sebuah pasar yang tepat bagi mereka bertiga sekeluarga melepas kepenatan sekedar mencari bahagia selang lima belas menit kemudian di depan mata sang anak, ayah dan ibunya mati dibunuh orang tak dikenal masih memegang seikat permen pemberian ibu dan bapaknya "kan kutunjukkan seikat permen kepadamu anakku, buah janji dari ibu dan bapakku yang mati bahwa aku penderma, aku menjadi apa yang diharapkannya kupelihara seikat pemen itu nak sebagaimana kupelihara janjinya........ "anakku entah apa yang kau pinta skarang slalu kupenuhi apakah bapak dan ibumu juga harus mati anakku, seperti kakek dan nenekmu hanya karna tak ingin kau menja

Kini, Orang Mati Berebut Kapling

Berbicara orang mati adalah berbicara iringiringan jenasah Konvoi kendaraan, setiap hari di jalan Urip Sumoharjo Berbicara orang mati adalah tak semenarik membincang Pilkada Di pojok warungwarung kopi kota Makassar Berbicara orang mati adalah ramai ucapan dukacita Keluarga besar si Anu, di surat kabar Berbicara orang mati adalah juga tak semenarik lirikan sewa ruko Di pojok bawah surat kabar sebab lahan untuk kubur jadi kurang Berbicara orang mati mulai kini, nanti atau skarang Adalah berbicara tentang lahan sempit untuk liang lahat Siap uang untuk sepetak tanah kubur Karena tanah petak tak gratis lagi sediakan pemerintah Untuk sebuah daging tak bernyawa Bukan jangan cepat mati sdikit kapling masih tersisa halaman rumah di kampung halaman kini orang mati juga ikut berebut lahan Jangan mati di kota, karena lahan tlah habis karna ruko, jalan dan flyover untuk binatang bermesin tak berotak memakan lahan untuk parkir Butuh biaya transfer jenasah Tentu belum hitung macetnya biaya iringiring

Cerita Pejabat yang omongkosong

Petruk kaget, di kayangan ia disambut bagai raja dewa Maka memerintahlah ia dengan caranya sendiri Para dewa diajaknya minum arak. Gamelan Lokananta di tabuh mengiringi Tayuban Para bidadari cantik dijadikan ledek Batara Yamadipati dipacak menjadi pangegong dan Batara kali jadi pangendang Kayangan terbenam dalam pesta…….. (potongan feature sindunata ‘Petruk Jadi Guru’, wartawan kompas)

Objek Humanisme Dalam Jurnalisme

Bagi Sindunata…Pekerjaan pertama seorang Jurnalis adalah pekerjaan kaki, baru kemudian pekerjaan tangan berupa tulismenulis Pilihan kata yang lincah, mengalir bahkan Terkadang dengan metafora tak terduga Tapi tidak bias adalah perihal seni menulis Jurnalistik… Jurnalisme kekinian bukan lagi hanya sekedar Mendeskripsikan perbuatan lahiriah manusia Tetapi lebih dari itu, juga menampilkan spiritualitas Hingga pergulatan batin yang mendalam pada persoalan humanis Oleh karenanya.. Jurnalis memposisikan diri Bukan lagi sebagai pelapor tetapi menjadi Pribadi yang ikut laku dan lelaku (Tirakat dan keprihatinan) Dari mereka yang diwawancarai berdasarkan peristiwa yang diamati Seorang jurnalis hendaknya berguru pada sumber tulisannya baik dari nara sumber maupun berguru pada pengamatannya

dasar sms

*^ “( . ) ( . )” .,. .’.,.( O O ).,.’ . ((;;‘(______) ;;‘)) “.,,‘’.,,‘____’.,,‘’.,, “.. ini gambar kodok ato monyet....

Mengandai Korupsi Itu Adalah Mesum

Image
Seandainya korupsi itu mesum, yang ada undangundang anti Imej, disdkung dengan PERDA malumalu dilaksanakan dengan Peraturan Pemerintah serba terbuka.... gimana yaa.. maka tak ada lagi kedok..dibalik topeng si Anu

Malaikat dan Perenung

selepas malam malaikat berbaik hati menyediakan ruang untuk melepas penat di kesunyian,.. cahaya hati mungkin dikenal sebutan kalbu berbicara tentang kegelisahan, harapan, impian atau yang mendekati impian Perenung kesunyian tak pamrih harap ia di dengar Sang Malaikat Si perenung kesunyian juga tak tau apakah ungkapan kegelisahan adalah ibadah atau bukan ia hanya tau Sang Malaikat selalu berada di sisinya sebagaimana yang di dongengkan ibu, bapak dan guru agamanya si perenung hanya berandai selalu tentang yang baikbaik

cuma ini yang bisa kutulis sekedar pikiran..

‘Mengutakatik dan Membolakbalik’ Ilmu HI Mengutakatik sebuah ilmu, apalagi yang namanya Ilmu Hubungan Internasional adalah bukan persoalan gampang. Namun karena rumitnya Ilmu HI, dalam pandangan penulis, maka memulainya tentu harus diawali dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim. Apalagi penulis yang hanya memiliki modal sedikit dan pengetahuan mengenai HI yang apa adanya. Namun biasanya yang sedikit-sedikit, mampu mengurai secara jujur dan mengurai dengan cara yang sederhana pula. Mencoba menyelami lebih dalam tentang HI, ujung-ujungnya ibarat sekeping logam dengan dua sisi yang berbeda, tetapi masih memiliki keterkaitan. Membahas Ilmu Hubungan Internasional sama halnya ibarat membahas isi lautan yang maha luas, tentu dengan beberapa pertimbangan pembatasan. Pembatasan tersebut harus memiliki keterkaitan dengan bidang ke-HI-an tentunya. Ilmu Hubungan Internasional, sekilas merupakan sebuah bidang ilmu yang membahas hubungan antar negara, non negara, bangsa ataupun person yang melintasi

Secangkir Kopi, Jazz dan Gerimis Hujan

Benarkah menyenangkan mendengarkan musik dan menikmati secangkir kopi. Saya pernah merasakannya, begini ceritanya Pukul 11 malam seharusnya waktu pulang kerumah untuk rehat sejenak menunggu esok pagi yang 'melelahkan' lagii. Tibatiba saja di kepala tak sampai sepersekian detik ada ide untuk nongkrong dulu di Warung kopi. Namanya Starbook Cafe. Pemiliknya seorang bapak beranak tiga, beristri satu (bukan poligami). Karena saya adalah salah satu pelanggan yang dulunya suka duduk ditempat itu paling lama (pernah pecah rekor duduk di cafe itu hingga subuh pukul 4 pagi)... Jadilah saya dengan bapak itu berakrab ria sekedar bercerita dengannya. Ia bahkan menemani dan sesekali memberi kopi gratis buat saya ketika pengunjung tak ada lagi.. Kami berdiskusi dengan tema yg macammacam, dari politik hingga artisartis. Kebetulan (lagilagi kebetulan) dia pecinta musik, termasuk dangdut apalagi musik Jazz. jadilah dia bercerita tentang Jazz, saya menyimaknya dengan baik, sekedar mencoba menyuka