Posts

Showing posts from February, 2008

.......

jika saya bersedih seharusnya bisa mencoratcoret tetapi kali ini maapkan saya, ada kecewa yang tidak bisa diungkapkan, barangkali lewat sajak sekalipun. dia juga tak bisa menemani sesaat pun dia masih malumalu. hanya ini kata mereka sekadar menyadarkanku : Welcome to the j u n g l e bro..

U N H A S

Dahulu kala..Pada zaman saya masih culun dan imutimut. Sekolah di Unhas adalah kebanggaan. Bagaimana tidak, memandang luasnya unhas sudah membuat saya takjub. Tetapi itu hanya berlangsung sekitar setahun lebih. Saya merasa aneh jika Unhas hanya punya nama besar, sementara kualitas tidak sebanding dengan luasnya unhas yang berhektarhektar itu. Kurang lebih unhas menjadi rumah saya hampir selama tujuh tahun. Bergaul dengan sesiapa saja di kampus itu. Paling tidak di Jaman saya, tawuran terjadi sebanyak lima kali. Sebanyak lima kali pula saya ikut melempar batu kepada lawan saya... Namanya Fakultas Teknik, barangkali karena dendam, saya ikut melempar meramaikan aksi tawuran hingga akhir status saya sebagai mahasiswa Sospol. Sekitar tahun 2000 lalu, saya bersama tiga orang teman saya baru saja mengikuti perkuliahan Mata Kuliah Umum. Sehabis kuliah, saat itu kami memutuskan melewati lapangan merah yang tepat berada di Fakultas Teknik, sekedar berjalanjalan dan menikmati suasana kampu

Henry James..

Saat James Menuliskan Hantu Cerita pendek sering ia gunakan sebagai alat untuk mengenal seorang penulis sebelum melangkah ke karya panjangnya. Entah benar atau tidak metode ini, tapi mungkin pembaca seperti ia yang menyebabkan seorang penulis cerita pendek terus-terusan ‘ditagih’, “Novelnya mana?” oleh penerbit. (Skenario itu ia ambil dari prakata ‘The Lives of Girls and Woman’-nya Alice Munro). Kali ini, penulis yang ingin ia dekati adalah Henry James. Alasannya, ia pernah membaca sepertiga ‘Portrait of a Lady’ dan cukup menikmatinya. (Tapi sepertinya harus mengulang dari awal lagi, karena sudah lupa sampai di mana) Plus, ia suka tulisan-tulisannya Edith Wharton, yang mengaku tak akan ada tanpa seseorang seperti Henry James. Masih ada lagi, ‘The Ambassador’-nya Henry James, ia tidak bisa menembus kalimat pertamanya, huks. Jadi, pilihan jatuh pada ‘Ghost Stories of Henry James’. Walaupun ia harus memilih mengabaikan rasa takut ia karena penasaran bagaimana seorang maestro dalam cerita

k o r u p s i

sehabis mendengar ceramah dari KPK, di hotel Grand wisata 23 februari 2008..tentang korupsi taukah berapa jumlah korupsi yang terbesar saat ini ? jumlahnya sekitar 650 triliun rupiah. taukah juga.. jika uang sebesar itu mampu membiayai banyak orang miskin diperkirakan duit sebesar itu mampu menghidupi indonesia dari APBN sampai tahun 2025 mendatang. betapa bodohnya kita jika kita menghakimi seorang pencuri ayam dan dikandangkan dalam sebuah penjara... Jadi...siapakah yang pantas masuk penjara yang paling berat seperti Nusakambangan Misalnya... barangkali ini urutannya merekamereka paling bobrok yang menikmati dana sebesar 650 triliun rupiah itu - beberapa anggota DPR - beberapa menteri dan badanbadan - hakim dan jaksa ketiga institusi itu adalah yang paling bobrok, paling parah.. ketiganya seperti lingkaran setan yang bermain kongkalikong Orang sebaik apapun akan terkena perangkap korupsi. karena ada kebijakan dan sistem terstruktur rapi menyebabkan orang orang seperti Burhanuddin Abdu

hari pramuka 'Scouts' internasional

Saya pernah mendaftar sebelumnya. Sebuah organisasi sekolah dasar bernama Pramuka. ini sedikit sejarah tentangnya : Pencetus berdirinya Gerakan Pramuka sedunia adalah Lord Bodden Powell. Dia dilahirkan pada tanggal 22 Februari 1857 di London, Inggris. Nama sebenarnya adalahRobert Stepenshon Smyth. Bapaknya seorang Profesor Geometri di Universitas Oxford bernama Boden Powell yang meninggal ketika Stepenshon masih kecil. Lahirnya pendidikan Gerakan Pramuka diilhami oleh pengalamanpengalaman semasa hidupnya. Bodden kecil Ditinggal ayahnya dan mendapat pembinaan watak dari ibunya. Latihan keterampilan berlayar, berenang, berkemah, olahraga dan lain lainnya didapat dari kakak-kakaknya.. Boden Powell sangat disenangi teman-temannya karena selalu gembira, lucu, cerdas, suka bermain musik, bersandiwara, mengarang dan menggambar. Pengalaman di India sebagai Letnan Ass (pembantu Letnan) pada Resimen 13 Kavaleri yang berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang. Dan ditemukan di puncak gunung, serta

bahasa ibu

Ibu saya mengenalkan bahasa Indonesia Makassar kepada saya sejak saya mulai tumbuh menjadi dewasa. Bahasa Indonesia Makassar, bukan bahasa Indonesia yang memiliki bentuk baku. Semisal, ini ibu budi kalau di IIndonesiakan- Makassar Ini mama'nya budi. Kurang lebih seperti itulah bahasa Ibu. Bahasa sehari-hari yang digunakan dalam pergaulan di rumah maupun di luar rumah. secara harfiah bahasa ibu berati Mother Tongue yang berarti bahasa pertama yang dipelajari seseorang. Bahasa Indonesia Makassar atau dikenal dengan bahasa Indonesia tetapi dialek Makassar barangkali bisa dikatakan bahasa Ibu. Hal itu mengingat bahasa ibu yang mengandung pergertian sebagai bahasa sehari-hari. Jelas bahasa ibu bisa diartikan berbeda dalam hal ini. Karena bahasa sifatnya fleksibel atau tidak kaku sebagaimana yang terjadi dalam Berbahasa Indonesia. Ada bahasa Indonesia -Jawa atau dialek Jawa, dialek Makassar, Sumatra dan sebagainya. Bahasa ibu bukan bahasa daerah, Tetapi bahasa daerah bisa dikatakan bahas

..rumah..

Di dalamnya ada banyak perabot yang berbicara. Jika hari minggu tiba, amat rajin dia membersihkannya. Sesekali dia berbicara sendiri, barangkali mengumpat kotoran dan sampah di keranjang berwarna biru. Orangorang tetangga rumah, mengenalnya sebagai pembantu yang kurang waras. Tetapi, jika dia melihat sampah berserakan di dalam maupun diluar rumah dia akan mengumpat setengah mati. Entah kepada siapa dia mengumpat. Majikan di Rumah itu, hanya tau rumahnya bersih. Sekeras apapun dia mengumpat si majikan tak pernah mencegahnya. Pernah suatu ketika, dia menghancurkan sebuah keranjang sampah plastik. Barangkali marah, karena tidak tahan melihat sampah di keranjang itu yang tumpah ke lantai. Tetapi si majikan pemilik rumah tetap saja diam. Majikan tak pernah mencegah bahkan marah sekalipun. Sesekali dia mengumpat tetangga. Entah karena sampah atau sesuatu yang lain, tak jarang dia mengancam si tetangga. Majikan masih juga diam, tidak pernah bertindak mencegah atau melarang dia. Bertahun-tahun

sembahyang langit,,

Saya menyapanya, Achii. Seorang ibu tua warga tionghoa totok. Tak hanya saya. mereka, teman seharian saya yang bergelut dalam dunia kecil bernama Radio Telstar, juga menyapa dengan panggilan Achii. Dia adalah langganan kami jika berbelanja di sebuah toko yang sudah puluhan tahun berada di Jalan Ali Malaka. Saya senang berbelanja di tempat itu. Sebuah toko yang tidak memiliki nama, tetapi menyediakan kebutuhan sehari-hari. Selain harganya yang murah, Achii adalah referensi saya jika ingin mengetahui sedikit sejarah mengenai warga Tionghoa. Karena dia keturunan Totok Tiongkok yang berasal dari etnis Hokkian, dia amat paham tentang tradisi Imlek hingga tradisi yang dikenal pada hari ke sembilan tahun baru Tiongkok, Sembahyang Langit. Siang itu, seperti biasa jika jam sembilan pagi atau sekitar pukul sepuluh. Saya terbiasa keluar kantor sekadar berbelanja makanan kecil berupa jalangkote, roti manis seharga 600 rupiah dan sebotol cocacola di Toko Achii. Sambil mengunyah jalangkote, tak jara

.....

tidak usah menjadi yang besar kecil juga tidak apaapa seperti bintang di luar sana tak pernah redup di malam hari saat hujan dia bisa bersedih bersembunyi di balik awan atau mungkin malumalu sesudahnya dia terang kembali jadilah bintang paling terang...

hidup seperti puisi

dua hari lalu mereka masih bertemu, di halte gerbong kereta. Bercerita tentang puisi. Perempuan itu lalu memberi buku puisi itu kepadanya, si lelaki. Keduanya berjanji untuk kembali bertemu dua tahun dari sekarang, karena sesuatu dan lain hal. dua tahun berlalu perempuan itu menunggunya masih di halte gerbong kereta persis dua tahun lalu. tak ada yang berubah di tempat itu. kecuali tempat duduk halte yang berubah warna. si lelaki bukannya ingkar. tetapi hidup tak seperti puisi yang mengalir, dia memutuskan untuk tidak datang dan tidak akan mengingatnya lagi. dan suatu ketika, saat hidupnya betulbetul jatuh dan rapuh karena rindu dan bersalah. dibukanya buku puisi pemberian perempuan itu setelah setahun lewat dari janji bertemu di gerbong kereta : puisi tak selalu mengalir seperti derasnya air sungai sebagaimana hidup, dia seperti puisi yang sekejap bisa berubah dia akan melambat kala kau bersedih, juga akan mengalir deras kala kau bahagia, karena hidup seperti puisi, juga ada kebetula

5 Februari

tidak bisa tidak ini harus kutuliskan....... Orang yang hidup dengan HIV/Aids itu, sebulan lalu masih duduk disampingku di sebuah LSM Metamorfosa. Saya masih sempat berbincang dengannya, kesehariannya yang hidup dengan HIV/Aids tanpa sepengetahuan dari istri, dua anaknya juga di rumah sederhana tempatnya. Tak ada yang tau. Saban hari kami memberinya semangat. Berkat wawancara yang singkat itu kupikir dia bersemangat, meneruskan hidup tanpa menoleh ke belakang, masalalu yang kelam... sampai 5 februari lalu dia ditemukan tewas gantung diri dirumahnya karena tidak kuat menanggung beban di ruang isolasi "penderita HIV/AIDS" Rumah Sakit Labuang Baji Saya pun baru tahu.. dia ditinggalkan istri dan dua anaknya yang entah kemana kirakira seminggu yang lalu, saya bertemu dengannya. Dia memohon supaya saya mengantarnya ke Rumah Sakit Wahidin, karena tidak ada lagi yang menerimanya sebagai pesakit di beberapa rumah sakit kota ini. Saya tidak bisa, dan kuberikan uang sejumlah 20 ribu rup

tukang kritik

beri dia nama beri dia tanda ini jaman apa ingat baikbaik jika kau merasa dewasa nanti jangan lupa membandingkan apa yang kau rasakan. kemudian mengkritiklah..., mengkritik sepuasmu supaya ada alasan kau pernah hidup di jaman itu...