Posts

Showing posts from April, 2008

anak-anak rahasia

kita makan apa hari ini mama seperti biasa sayang, hanya roti yang dibawakan kakek. Seperti inikah roti.. mama. dimanakah kakek mendapatkannya mama.. di seberang rumah tetangga sayang bisakah kita berjalan-jalan ke tempat itu mama apakah kita bisa mencarinya lewat lorong rumah ini mama kita pergi bersama adik-adik yang lain mama, bisakah mereka ikut juga.. apa tak ada tempat lain selain ruang ini mama.. dimanakah kakek berada mama.. kakekmu adalah ayahku sayang.. dia memperkosaku. dan disekapnya kita di tempat inie selama 24 tahun sayang... kakek orang yang kejam membakar kembaranmu dalam tungku api yang panas, membiarkan adikadikmu sakit tanpa pernah peduli sayang. juga membunuh kembaranmu saat kau masih bayi sayang. di tempat inie dia memasukkannya dalam oven sayang. di sebuah tempat sederhana, kumuh ada kakus kamar mandi dan ruang memasak.. tapi..Ibu juga takut..kita harus melarikan diri bersama adik-adikmu yang lain..

Ini Pagi, Kata Kartini

Goenawan Mohamad It is morning, Senlin says, and in the morning Should I not pause in the light to remember God? –Conrad Aiken. Ini pagi, kata Kartini, dan bila pagi seperti ini, ia akan berangkat kerja, naik ojek dengan motor yang guncang, terpekur di sadel plastik yang gelap, mungkin mengingat ujung mimpi, mungkin mimpi. Ini pagi, kata Kartini, dan bila pagi seperti ini, ia akan turun di pengkol gang yang patah, sebuah lorong dengan nama seorang haji, dan akan menyusuri aspal kusam, dan akan membayangkan dirinya menyanyi, mungkin sebuah lagu Dewi Persik, mungkin sejumlah goyang, sejumlah angan-angan, mungkin fantasi. Ini pagi, kata Kartini, dan bila pagi seperti ini, di tempat kerja itu, di sebuah panti pijat, si asisten pemilik usaha akan berkata kepadanya: ”Jangan lupa gembok.” Dan ia akan mengambil di lokernya celana-dalam seragam yang hijau itu, dengan retsliting mengkilap, dengan gembok kecil yang merah. ”Jangan lupa gembok”. Aku tak akan lupa, tak akan lupa. Gembok itu melindun

d u e l

Sudah lama aku ingin berontak Tetapi, seperti cerita-cerita silat Aku ingin berlatih dulu. Berlatih dan bertapa di sebuah hutan belantara Dan jika waktunya tiba nanti Kita pasti akan berduel.. serahkan saja kepada mereka yang bernama khalayak......

Play Group Bocah Tua

ada sebuah tempat, di dekat rumah kami Jalan Ali Malaka, dimana orang tua berkumpul ria layaknya tamankanakkanak. di kerumunan itu berkumpul tukang becak, tukang parkir, ketua RT, pedagang kaki lima, broker rumah dan tanah serta pemain kecaping. Selain itu ada juga pengusaha barang bekas, makelar Pilkada maupun pebisnis malam. Jika hari sabtu tiba, ramai-ramai mereka mengadakan pesta minuman keras serupa Ballo', minuman khas Makassar yang dibungkus jerigen. setiap hari senin hingga jumat, atau sekitar pukul sepuluh pagi, satu persatu mulai berdatangan di tempat itu. satu persatu orang tua, alias sudah berkeluarga, bahkan ada yang bercucu berdatangan ke tempat itu. Tiba pertamakali tentu saja si pemilik warung pedagang kaki lima yang memiliki meja panjang di samping lapak dagangannya. Di meja panjang itulah hampir setiap hari mereka berkumpul ria layaknya taman kanakkanak, sekedar bermain kartu domino yang diramaikan dengan menjepit telinga berupa jepitan jemuran yang biasa dipakai

H o p p l a !

Goenawan Mohamad ... Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam. Hari-hari ini, ketika ada rasa cemas bila puisi jadi suara yang tak taat dan seni tak alim, saya ingin mengingat Chairil Anwar. Ia meninggal, mati muda, 28 April 1949. Bagian penting dari 27 tahun dalam hidupnya intens, bergairah, gemuruh, dan khaotis. Ada satu kalimat goresannya sendiri yang tertulis di secarik kertas: ...wijsheid + inzicht tidak cukup, musti stimulerende kracht + enthousiasme. Chairil tak ingin cuma punya kearifan dan wawasan. Baginya manusia perlu ”daya rangsang” dan antusiasme. Dalam sebuah pidato pada 1943 Chairil mendahului paragraf pertamanya dengan sebuah sajak: Mari berdiri merentak Diri-sekeliling kita bentak Kehendak menggugah (me-”rentak” dan mem-”bentak”) itu bagian dari yang disebutnya sebagai ”vitaliteit” atau ”tenaga hidup”. Dalam seni, menurut Chairil, ”tenaga hidup” itu selalu muncul sebelum keindahan, berupa ”chaotisch voorstadium”, tahap pendahulu yang galau, yang khaotis. Kreativita

diatas kartini

mereka bukan kartini tetapi perempuan perkasa di jaman ini, perempuan yang berada diatas kartini kukira.. Ibu Ludya.. pengantar bambu menghidupi seorang anaknya yang masih SMU Ibu Hanapia.. pengemis pesakit kusta menghidupi anak dan suaminya yang lumpuh ibu Ecce.. pemulung glas plastik menghidupi anaknya yang bercitacita tentara mereka tak tau lagu Ibu Kita Kartini tak pernah sekolah sebagaimana kartini mendobraknya tetapi yang pasti mereka punya semangat untuk tetap bertahan hidup di jaman ini, jaman yang tak membolehkan mereka menyerah demi...ya ...demi sesuap nasi dan harga diri pada anakanaknya kelak.

....

aku mencoba merunduk seperti padi yang tlah layu tak tahu mau apa tak kenal diri skalipun dunia ini begitu luas ternyata dan ada sisi lain di luar sana maapkan saya.. saya masih harus mencarinya di luar sana sesuatu yang indah tentunya karna indah bagi mereka tak lagi sama denganku

Kaligrafi

Goenawan Mohamad.. Sepotong sajak Turki dari zaman Usmani tertulis di antara bingkai yang dilukis dengan warna keemasan: sebuah sajak yang cantik dan sebuah karya kaligrafi yang piawai. Di sudut disebutkan: inilah buah tangan Rikkat Kunt (1903-1986). Penjelasan lain menyusul: Rikkat adalah seorang perempuan juru kaligrafi Turki yang terkemuka justru di masa ketika Kemal Attaturk mendekritkan bahwa Turki baru harus mengganti huruf Arab dengan huruf Latin. Artinya, para seniman kaligrafi adalah makhluk yang terpencil dan hampir punah, dan Rikkat Kunt lolos dari keterpencilan. Ia menang dalam kompetisi nasional seni kaligrafi dan dapat posisi mengajar di Akademi Seni Rupa Istanbul. Tapi ia tak akan diingat orang seandainya karyanya tak ikut dipamerkan di Museum Louvre pada tahun 2000. Dan seandainya tak ada Yasmine Ghata. Pada 2004, dari perempuan yang waktu itu berumur 31 itu terbit sebuah novel pertama, La Nuit des Caligraphes. Hidupku berakhir pada 26 April 1986: umurku delapan puluh t

cecak bisu

kau bercerita tentang rahasia jangan bilang siapasiapa lalu diam kau menunggu banyak suara kau sembunyikan layar tivi tak kau nyalakan pintu kau rapatkan kipas angin, pun kau matikan hanya suara cecak kau harapkan biar nanti didengarnya Binatang merayap itu harap terkabul rahasia jangan bilang siapasiapa kau menyukainya cecak itu hanya diam barangkali tak terkabul cerita rahasia jujur kau menyukainya jangan bilang siapasiapa hanya saya dan cecak bisu itu jadi saksi tengah malam

kita berkarya kita sembunyi

di makassar, kita belum sampai pada titik mumpuni untuk dibilang penyair. Kecuali ada beberapa, tetapi tidak usah menyebut namanya. Biasanya ada yang terjebak ketika salah satu diantaranya kita bilang penyair. ramerame kita menyerang mereka atas nama 'penyair makassar' yang mengatasnamakan penyair. suatu waktu kita yang merasa tetap berkarya hingga dikatakan penyair nantinya akan digerayangi dari segala arah itulah sebabnya kenapa para penyair yang bahagia, hidup jauh dari hingar bingar kehidupan kota, tetapi menikmati keindahan kota di kejauhan. mereka tak terjamah, karena tinggal di tengah rawa tetapi begitu tahu menggambarkan kehidupan kota dibanding para penyair yang hidup di kota mereka tak terjamah dari serbuan kritik aneh keberpihakan sajak mereka lahir dari hati yang bukan pesanan, hidup jauh dari hingar bingar, juga membunuh ego mereka tentang penyair

Fitna

Goenawan Muhammad... Kita hidup di sebuah zaman ketika benci bisa jadi advertensi. Jika tuan teriakkan rasa muak, geram, dan tak sabar tuan kepada sekelompok manusia—dengan teriakan yang cukup keras—tuan akan menarik perhatian orang ramai. Tuan bahkan akan dapat dukungan. Geert Wilders tahu betul hal itu. Dalam umur 44, politikus Belanda ini adalah sosok yang cocok bagi zaman yang celaka sekarang. Tiap kali ia mencaci maki orang imigran—para ”non-pribumi” muslim yang hidup di Negeri Belanda—ia dengan segera tampak mumbul seperti balon jingga di langit Den Haag. Dalam sebuah wawancara dengan harian De Pers pertengahan Februari 2007, inilah yang dikatakannya: ”Jika orang muslim ingin hidup di Negeri Belanda, mereka harus menyobek dan membuang setengah dari isi Quran.” Katanya pula: ”Jika Muhammad hidup di sini sekarang, saya akan usul agar dia diolesi ter dan ditempeli bulu ayam sebagai ekstremis, lalu diusir….” Syahdan, 15 Desember 2007, radio NOS pun mengangkat Wilders sebagai ”politic

dua pasang

ada dua pasang mata, masingmasing siap beradu raguragu, dag dig dug masih belum mulai ada dua pasang tangan juga ragu saling meraba hanya suara ketuk, tak tak tak juga masih belum mulai lalu bertanyalah adakah selembar celana yang punya dua pasang kaki kalau begitu kuberitahu mereka sudah mulai sembunyi dalam sarung

pagi ini tak cerah lagi

Di sudut kamar temaram, seorang anak kecil terbangun ketika matahari mulai terbit, kala radio usang tersiar : "Pagi ini cerah untuk melakukan aktivitas" Anak itu berlari mengambil karung di sudut kamar yang lain. Kemarin ia tak dapat apapa, dari karung kecilnya. Hanya pukulan dan tamparan oleoleh dari bapaknya. Pagi ini mungkin tak cerah lagi. Pagi-pagi buta ia menikam bapaknya dari belakang dengan segenggam pisau. Di sudut kamar yang lain, radio tersiar : "Pagi ini awan tampak gelap tandatanda akan turun hujan mengguyur kota" ================================================== nb.. sajak ini lahir tahun 2005 di bulan oktober..

kenangan kata

sekata punya utang pada sebaris kalimat untuk mengucapnya dalam bentuk indah serupa puisi sepagraf menengok janji di sepanjang kertas putih mengisi tiga lembar ceritapendek berujud cerpen di sepanjang bab bercerita kata kalimat paragraf malumalu muncul karna hebat dikata novel wahhh.... kata tak selalu indah bukan juga kalimat apalagi paragraf maka tulisan indah ajaran guru sekolah dasar senilai seni hak mereka tak bisa semerdu puisi mencipta setiga lembar cerpen juga mau mereka tak bisa membuat tangis dan bahagia karna novel karna kata milik semua telahnya dibaptis oleh tuhan dan dijunubkan kesaksian bersemedi di alam kebenaran terlahir kembali dari sejarah mari bersenandung kenang kala belajar memegang pena dan menulis sehuruf mencipta kata ia lebih indah serupa puisi ia memenuhi janji melebihi cerpen ia pun membuatku lebih tangis dan bahagia ada seorang, hanya dia yang kutahu tak bisa mencipta kata, mencipta huruf indahnya alamak, maka menulis baginya memahat kata dengan seni pada b

cerita si kecil dan penyair

waktu kita kecil, bersama para penyair, senang sekali kita bercerita tentang kepandaian mencari ide, memahatnya dalam sebuah metafora indah sederhana bersahaja tidak anehaneh semisal tiang parabola. waktu kita kecil, juga bersama para penyair, kita senangsenang disanjung dan dipujapuji. waktu kita kecil, kini, para penyair tidak pernah lagi bercerita kepandaian, tidak juga senang dan dipujapuji. waktu kita kecil para penyair, tidak seperti pandai besi lagi, yang hanya memandangi karyanya seorang diri, melihat lihat bilah pedang dari ujung hingga pangkal pegangan. waktu kita kecil, penyair sudah besar, juga melampaui si tukang besi. kita yang masih kecilkecil memang terlambat besar. si penyair malahap kata setiap hari, si kecil masih kekurangan gizi. waktu kita kecil dia sudah besar, teramat besar sampai lupa waktu kita kecil, pernah bercitacita menjadi tukang pandai besi...