Posts

Showing posts from 2009

Bakar Ikan Terpanjang Makassar, Batal Masuk MURI

Nah. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya berterimakasihlah kepada pawang hujan. Tapi kenapa mereka tidak melirik pawang hujan, saat dimulainya hajatan besar yang akan masuk rekor museum rekor indonesia sebagai festival bakar ikan terpanjang di dunia ! Hasilnya, bisa mereka lihat sendiri. Acara yang jauh hari menghabiskan dana hingga ratusan juta rupiah itu, sia-sia belaka karena hujan yang turun di pagi hari. Padahal pawang hujan bisa menunda hujan. Tapi apa mau dikata, mereka pikir pawang hujan hanya cocok untuk ritual kedatangan sang presiden di Makassar (dan itu batal juga). Berapa banyak yang dipersiapkan menyambut hajatan itu ? sepuluh ton ikan yang mencapai sekitar 50 ribu ekor, rang atau jaring terali besi jendela sepanjang 5 kilometer lebih, batu bata yang mencapai ribuan, arang seberat 70 kilogram yang dibungkus dalam karung-karung beras, serta pasir sebanyak dua truk. Anda bisa menebak bagaimana jadinya jika festival bakar ikan itu dilakukan di jalan raya sepanjang 5,

pawang hujan

Saya ingin sekali mewawancarai seorang pawang itu, yang begitu hebatnya meniadakan hujan meski hanya dalam hitungan jam. Tapi apa mau dikata, tugas mengatakan lain. Sejak tadi saya memperhatikan langit. Mereka sempat berawan, bahkan awan tebal yang gelap sudah terlihat sekitar pukul sebelas, pagi itu. Saya memacu motor saya ke Jalan Metro Tanjung bunga tempat pameran kelautan dan bahari dalam rangka hari nusantara untuk suatu tugas peliputan. Saya menantang angin kencang pagi itu. Di atas motor saya sudah berpikir, sang pawang pasti kewalahan, bahkan gagal menunda hujan. Dua hari sebelum tanggal sembilan, perayaan hari nusantara yang jatuh tepat bersamaan dengan perayaan hari anti korupsi sedunia, dipastikan hujan. Dan saya juga mengira demikian. Sebab, sekitar pukul 3 sore, saya sudah kehujanan, memantau kasak-kusuk persiapan perayaan hari lokasi acara di Tanah Tumbuh, sebuah delta yang digadang-gadang akan berdiri Center Point of Indonesia. Basah tentu saja, tenda beratap terpal biru

tiga tahun blogger makassar

Saya pernah sangat mengilhami kalimat ini : ‘keseringan membuat surat dengan dirimu sendiri, niscaya nanti kau akan bisa melihat dirimu yang lain. Dan ternyata di dalam dirimu bukan hanya terdapat dirimu saja. Tapi ada banyak yang menghuninya.’ Kata-kata ini, sangat terasa ketika saya pertamakali ngeblog sekitar pertengahan tahun 2005. Kalimat ini saya dapatkan waktu berdiskusi kecil dengan M Aan Mansyur, penyair yang menumbuhkan gairah menulis saya pertamakali. Saya bukan ahlinya ngeblog. Tapi saya suka menulis, apapun itu. Objeknya tentu saja bukan di koran-koran, kecuali ada beberapa sewaktu masih mahasiswa dan saat ini, sejak jadi wartawan koran. Saya merasa, sejak mengenal blog, saya bisa mengenal diri saya sebagaimana menulis mengajarkan saya seperti itu. Bagi saya (dan ini subjektif), blog layaknya tempat menyimpan keluh dan kesah. Ia akan bersinar dengan sendirinya meski tak harus selalu di update (tiap jam, tiap hari) semacam facebook tentu saja. Itu sebab, bagi saya blog adal

Menyemai jejakmu di kejauhan

kemarin.. kau tahu kalau aku selalu berada di kejauhan sana, itu demi memperhatikan gerak dan tingkahmu, seperti Newton menatap buah apel dan mencipta sesuatu bernama Gravitasi sayang. Kalau aku menatapmu, nantilah kucari apa namanya.. hari ini.. Biarkan aku menamakannya semai yang malu-malu. Sebab, aku yakin suatu saat ia akan tumbuh. Tinggal mencari pemicunya saja. Kurawat dan kusiram ia setiap hari--tempat dimana kau memijak langkahmu dan aku menatapmu di kejauhan sana. Semai yang malu-malu itu, akan kuabadikan di dalam kepalaku.

Sepotong kertas yang membunuh Ahmad

Kesehariannya itu-itu juga, berkutat dengan rutinitas yang sama. Jam delapan pagi masuk kantor, jam empat sore pulang kantor. Pernah suatu ketika ia berteriak di rumahnya, setelah lima tahun menjalani pekerjaan seperti itu. "Aku Bosaannnnn!!!!!, Saangat bosan," teriaknya di dalam rumah yang dihuninya sendiri. Rumah itu, adalah satu-satunya warisan orang tua yang ditinggal mati karena kecelakaan pesawat dua tahun lalu. Sebagai sekretaris sebuah perusahaan. Seorang lelaki sebenarnya tak layak menyandang profesi itu. Tapi sang bos, tau siapa pemuda ini. "saya ini dipekerjakan oleh bos, karena almarhum bapak saya dulunya akrab dengan beliau." katanya singkat. Gaji yang lumayan sebagai seorang sekretaris perusahaan. Ia hanya cukup menyediakan koran di waktu pagi untuk si bos. Menyiapkan jadwal acara, dan sesekali menyiapkan kopi. Itu jika sekretaris perempuan yang satunya sudah pulang tentu saja. "Yah, itulah pekerjaan saya. Seolah semuanya sudah terjadwal dengan me

m a a f

Menghapus sedikit benci dari ruang di hati. entah, kalimat ini saya dapatkan pada pesan pendek khas lebaran. jika kalimat ini benar, saya tahu masih ada benci-benci lain yang melekat di dalam hati saya. tapi itulah kata, sebuah label yang seharusnya keluar tulus dari lubuk hati yang dalam. saya tahu tidak mudah melakukannya, lebih dari sekadar ritual belaka. jika sudah begitu, saya menyimpan lagi sedikit ruang benci di hati yang keras kepala ini. lalu suatu hari, saya pulang kampung beratus kilo dari tempat tidur saya, dan berjumpa dengan nenek. nenek yang renta dan hampir tuli dengan umur yang melebihi almarhum bapak saya itu, saya salami seharusnya dengan ritual biasa saja. tetapi entah kenapa hari itu menjadi tidak biasa. tangannya yang hangat dan kulit jemari nenek yang keriput, membuat rasa tulus itu muncul begitu saja dari nenek saya. bukan karena ia tuli, juga bukan karena keriput yang menimbulkan rasa iba. tapi nanar matanya berisyarat tulus. senyum merekah menanda ikhlas dari

selamat berpuasa

Marhaban ya Rhomadan.. akhirnya bulan rhamadan datang lagi. Dan saya baru merasa menulis lagi setelah sebulan ini tidak melakukannya. Sebulan itu, rasanya hampir setahun. Setelah saya nyekar ke makam bapak saya, dan baru saja tersentak oleh ceramah ustad jumatan siang tadi. Sepertinya saya harus melanjutkan hidup saya, life must go on kawan !! apapun yang terjadi selama jam dinding masih terus menggangu detik demi detik itu harus diisi dengan sesuatu yang bermanfaat. Awalnya saya mengira ada yang berubah di bulan ini. Tapi sesuatu tak akan bisa berubah kalau kita tidak berbuat bukan. Dan syukurlah saya masih meyakini itu. Daripada duduk berpangku tangan menunggu waktu yang berputar menghabisi hidup. Lebih baik kita sedikit bergerak, berbuat hal kecil dan bermanfaat di sekitar kita. Bermanfaatlah di sekitar kita dahulu. Setelah itu, sedikit demi sedikit bermanfaatlah bagi banyak orang. Kalau perlu anda bermanfaat oleh orang yang tidak anda kenal sekalipun. Dan karena itu saya ada. Juga

bebek mana yang kaupilih

akhirnya saya menulis juga tentang sesuatu yang saya anggap bebek, bernama politik. semasa kuliah dulu dosen saya memberikan definisi politik. tapi kurang lebih yang saya tangkap, politik itu adalah alat untuk mencapai kekuasaan. itu saja cukup barangkali untuk lebih menggambarkan definisi politik dari berbagai turunannya. dan suatu ketika ada masa dimana saya harus menyebutnya bebek. masa dimana saya dikecewakan oleh permainan politik itu sendiri sewaktu culun dahulu bernama mahasiswa. mengandai politik itu serupa bebek--bebek, jika diberi makanan akan berebut. tetapi akan ikut antri pula jika berjalan pulang sehabis berebut makanan. barangkali melihat bebek-bebek akan lebih mudah, jelang pilpres delapan juli nanti. anggap saja saya (atau kita barangkali) adalah salah satu orang yang akan memberi bebek-bebek itu makanan di pemilihan presiden nanti. persoalannya saya tidak tau akan mengenyangkan bebek yang mana. padahal mereka sudah berebut di hadapan saya. dari berbagai macam jenis be

Pedagang Ikan Asin, Melawan Asing Bertangan Buntung di Pasar Becek dan Ramai

masih saja ia merenda gusar memaksa senyum merekah di pikuk ramai pembeli senyum adalah segalanya, sebab begitu ia tak merasa asing menjaja ikan asin dagangannya cecunguk kecil yang beterbangan di deret gantung ikan asin hampir hilang dari gusarnya sebab matanya terus awas mengancam usir sekali tiup dari mulut yang kering

dongeng pemilu raja hutan

Image
mereka menitip harapan di hutan gelap yang belukar. semua yang sepasang, pasrah ditubuhi belantara merambati mata, telinga, lengan dan kaki sepasang. dari kaca suara pewarta hingga kain tipis yang melekat. ada yang berkoar, kalem, gagah, telusur cari mangsa

(Andai) Munir Penikmat Kopi Ampas di Beranda Bersama Istrinya

kita di beranda menikmat segelas kopi panas tak diaduk menunggu sisasisa ampas tenggelam dalam balut gelas bening tertutup rapat satusatu orang lewat depan rumah menoleh bergantian tidak menyapa menunggu pesan tersingkap dari mulut terkatup rapat tidak ada harapan kali ini, kita pasti mati terbungkam oleh waktu serupa ampas kopi dan perlahan tinggal sedikit ya dan sedikit lagi lalu kau pergi hanya sebentar untuk datang kembali, berjanji menikmat kopi dan mengaduknya tanpa menunggu ampas tenggelam makan waktu saat segelas kopi tidak lagi panas, dan tutupnya terbuka dan orangorang mulai menyapa bergantian di depan rumah berusaha jangkau tangan kita adakah orangorang menoleh itu, kau kenal sampai kau hilang terlalu cepat dan belum sempat menikmati hangatnya kopi ampas kesukaanmu

Pohon Apel

di bawah pohon apel belakang rumah kita, kau ingin ada disitu sebagai janji biar anak kita kelak mudah memetiknya kau tak ingin dikubur di pemakaman yang ramai seperti lalulintas pagi, di hari senin, katamu Tapi hanya di bawah pohon apel yang jauh dari ramai, dan orang-orang tidak menziarahimu juga supaya kau bisa meraba anakanakmu kelak yang ditinggal hidup dan berpesan pohon apel itu adalah kau, yang menjelma sebatang dan beranting dedaun itu sebabnya, anak-anak rajin merawatmu memetiknya dan memberinya ke tetangga mereka tidak pernah melahap sebuah apel pun sayang memetikmu seperti memandang engkau yanh memarahi, menasehati dan membelai kami

sesajak yang tak koalisi dengan kuasa

sajak ini tak koalisi dengan kuasa sejak sajak mulai kecewa dibelai-buai si pencipta di hadapan tuan penikmatnya sajak ini juga tau bakal gagal dapat kursi untuk mantra menteri kepada rakyat, demi kata menolak ngibul para jelatanya sajak ini hanya menyenangkan penciptanya dan sesajak itu sendiri dan tertawa dan menangislah ia sekeras-kerasnya di kenang waktu jadi pembungkus kacang, alas duduk dan jadi angin lalu ia lupa pernah menolak kuasa waktu itu

L E L A H

Kau tau, lelah yang paling menyakitkan adalah kematian, perpisahan, dan penghianatan. Bukankah ketiga kata itu seperti trinitas tungal menyatu, yang selalu saja kauanggap biasa. Jika dahulu kau menganggap lelah adalah sebuah aktivitas tanpa henti selama 24 jam dengan waktu tidur yang kau gadang cukup empat jam, kini itu semua terbantahkan. Sebangsa apa yang mengalahkan kematian ? Tuhan tentu saja merancangnya dengan sangat indah, tak terkira dan penuh misteri. Kau abai terhadapnya dan mudah sekali berpaling. Tetapi ada saat, kau harus mengingatnya kembali memanggil nama-nama itu dalam setengah mimpi dan air mata di lelap yang dipaksa-paksakan. Kau memanggil bapakmu, sahabatmu, dan sesekali kepada orang-orang yang pernah melekat di kening malam, mimpi indahmu. Istirahatlah dahulu, jika lelah itu juga masih menyakitkan... ingatlah Dia, sebab namanya bukan tak mudah disebutkan, tetapi hanya karna enggan kau mengingat-Nya. Padahal Dia si pencipta Trinitas itu..

diskon amal

Saya mau memulainya dengan barangkali. Kata ini, sangat pas dan masuk akal untuk menerka sesuatu yang tidak sebenarnya asal-asalan. Dengan tidak bermaksud, melampui Tuhan yang Maha, saya mencoba menerka-nerka sesuatu yang terjadi ke depan dengan keadaan saya yang sebenarnya. Asumsinya, saya percaya Tuhan dengan segala hal yang bermakna dan sangat terkait dengan diri kita sebenarnya. saya ingin mengandai Tuhan sebagai teman yang baik, penunjuk jalan-tempat kita tersesat. Jadi, ijinkan saya bercurah hati kepadanya (dengan tidak memakai huruf besar).. Saya pernah kecewa yang betulbetul kecewa. bahkan kepadamu saya menyerahkan diri ini sepenuhnya untuk kaubawa sebisa dan sejauh mungkin, dari sesuatu yang mereka anggap tabu. Tetapi tidak dengan mencaci ciptaanmu yang paling mulia sekalipun. Bagaimana pandanganmu dengan sesuatu yang kauanggap tabu namun tidak bertanya kenapa. Diantara banyak ciptaanmu yang sejenis dengan saya, mereka hanya berserah diri kepadamu dengan mengucap kalimat pujap

di sekarat tiba

saya lupa pernah sekarat sama lupanya, sesering kau mengucap kalimat itu berulangulang di depan mata, hidung, dan bibir kita yang hampir berangkulan meminta saya mengatakan sebab, kau menunggu di sakit sekarat pembaringan mengigau kau sejujurjujurnya menahan kantuk demi setia mendengar tiga kata itu ibu saya yang baik itu, juga tak sanggup menahan air mata bukan demi saya tapi waktu yang tak habis kaugunakan kabur di tempat kerja sejam lebih awal dan berjamjam lebih lama dari jam kantor sekalipun hingga lupa bahwa kau telat lagi berdandan lagi, kusut sekusutkusutnya, tak sadar kau cantik sebenarbenarnya lalu, di sekaratmu tiba, entah mengapa saya mengingat kejadian itu dan berharap kau mengucap igau, lewat kalimat yang berulangulang di bibir telinga berharap bunyibunyi suara itu sampai sedalam sadarmu dan mengabulkan permohonanku mengucap tiga kata terakhir kau mengucapnya sayang, dengan menambah sekata lain yang sesal seumur hidup tidak lupa sekata itu untuk selalu mudah mengucapnya k

nasib puting guling

di puting guling ia lelap melalap rindu perempuannya sehabis membaca kitab kuning dan ditangisi ranjang sepi berharap mantra perempuan datang di bantal empuk waktu mengeja huruf kuning bantal tertawa segeligelinya melihat ia memegang puting guling di tangan kiri bantal tertawa itu hanya jadi alas duduk dibelaibelai di puting mantra semalam suntuk ia terlelaplalap oleh cecer ludah di puting bantal guling

kunang kenang

saya masih ingat kalimat singkat di buku jadwalmu tentang kunangkunang yang membilang sejenis kumbang bercahaya kau menggambarnya merdu sekali serupa kicau burung malam juga selihai kita menguntitnya di pematang sunyi belakang rumah kalimat itu hanya selintas di lembaran depan buku jadwal sesekali kaurindu di sebab sibukmu masih juga kauliat coretan tangan tentang kunang kenang di kening kita

b e d a i t u

kita harus membuka baju kita sama telanjang biar bisa salingliat satu sama lain dengan begitu, kau dan saya tidak perlu malu kita memang tidak serupa ruparupa kita, hanya acakacak belaka cacicaci kita, juga debatkusir semata tapi acak rupa dan caci kita bisa sama tidak kusir kalau kau dan saya mengalah saja Tuhan tak pernah memihak bukan !

lesung kanan

kado apa yang kauberi sementara, di lesung kiri samping bibir sumbingnya kentara sekali simpan saja kado itu di simpang pintu diamdiam bersabarlah.. pasti kan dipintanya di simpang waktu kalau sumbingnya di lesung kanan ia pasti menyukainya siapkan saja senyum sunggingmu

ini lecehan namanya

Saya sebenarnya tidak mau menceritakan ini. Tapi dasar. Garagara penjual burger di depan SMP situ samping tempat kerja. Saya dibuatnya tertawa dalam hati, oleh cerita sahabat saya dan setempat kerja dengan saya. Sahabat saya, perempuan yang alim ini, begitu lugu memandang kepolosan remaja SMP yang dianggapnya baik hati karena sedang bantu menggoreng, daging burger si pemilik grobak dorong, penjual burger. Si remaja ini siswa SMP situ. Kulitnya putih, rok birunya sebatas lutut, dan baju seragam putihnya memperjelas bahwa mata sipit tidak hanya menanda ia remaja tionghoa yang manis, serupa buah segar manismanis siap disantap sematangmatangnya.. "mas saya pi yang goreng dagingnya mas na, mau ka yang matang mas..." Si remaja hanya tau menggoreng daging burger kesukaannya tanpa peduli dengan mas pemilik gerobak yang sibuk melayani uang kembalian pelanggan lain siswi SMP situ Lalu, saya dan sahabat saya ini hanya bisa memandang si penjual burger dan para pelanggannya dari kaca ribe

unkind donat

donat itu, lingkaran yang temunya berulangulang kalau ada angka disitu, lalu kau melahapnya habis pula ucapan selamat yang diucapkan kawanmu hadiahi saya donat yang banyak biar bisa berulangtahun terus ya

dinasehati dan dihakimi dirinya dan dirinya yang lain

ia mencoba melihat kejadian di ulangsilam seperti siklus yang terus berputar. bedanya, ia cuma tau semakin berumur dirinya yang belum apapa ini. lalu dicobanya menulis sesuatu di catatan hariannya : semula saya ingin menulismu dalam bentuk sajak pendek. supaya kau tau, saya suka menulis sajak untukmu. tapi orangorang bilang, kau belum cukup umur untuk soal begituan. kau harus banyak baca buku, banyak menulis sajak, juga banyak belajar memuji tentu saja. saya tidak tau akan menulis apa di ulangtahunmu, juga dengan model yang bagaimana. barangkali..ya barangkali : ulangsilam itu, kini dan akan datang ia seperti berjudi, kelak masuk surga atau neraka tapi semakin kau meramal, takut yang kau dapati kau tau kan, Tuhan itu geli mengejekmu tidak usah jadi ksatria anehaneh, pecundang pun jadi ditertawakanNya kau yang mencoba meramal diri sebab itu, banyak rencana mengendap di kepalamu mengendap, kau tau kan kata ini ia tertimbun di dasar kepalamu coba kau punya buldoser, galilah..dan galilah t

menunggu reda

belum juga usaikah atau saya salah menerka menunggu usai yang tidak redareda akhh bodohnya menunggu reda yang aneh itu saya kira seperti hujan kalau begitu lanjutkanlah hujan sudah reda saya keluar dulu kabari saya jika baikbaik saja

angko Pong yang bijaksana

saya tau kau tidak mengenalnya. ia bukan penyair, bukan politisi juga bukan pemain sinetron. matanya sipit, rambutnya putih, tubuhnya kekar, juga pandai berbahasa lantang, bahasa makassar. saya juga tau dia bukan cina totok. seharihari saya mengamatinya. angko Pong, barangkali hanya memiliki selembar baju dan celana yang ituitu juga. saya pikir dia kaya, karena seharihari mengawasi mobil kanvas yang masuk di gudang dekat rumahnya. makanannya hanya kopi hitam pahit yang kental dengan sedikit gula serta sebungkus rokok kretek. ceritaceritanya kadang terasa hambar mengulang satu duakali yang ituitu juga. tapi kami yang mengenalnya sangat tau-ia setia di tempat itu. tempat melepas lelah para pekumpul pemain domino di warung kopi sederhana tempat tukang becak mengutang. rumahnya tidak jauh dari warung dan biasa tergopoh membawa kunci buka gudang jika mobil kanvas telah tiba. adikadiknya kini menggunakan mobil dan memiliki segudang usaha dagang. ia tidak menikah entah karena sesuatu yang tid

saya orang indonesia

Saya cenderung bertanya-tanya kenapa kita-termasuk saya, cenderung mudah untuk korupsi. Suatu kali saat saya berbelanja di warung kopi milik seorang teman. Tanpa sadar saya mengikhlaskan uang kembalian dua ribuan rupiah, dari belanja rokok sebungkus seharga delapan ribu rupiah. Saya juga tidak tau apa yang menyebabkan saya tidak meminta uang kembalian itu. Namun dari supuluh ribuan uang yang saya berikan. Saya menunggu gerakgerik si pelayan, saya tau dia sedikit menyibukkan diri mengambil waktu untuk mengembalikan uang kembalian saya. Akhirnya saya pun urung meminta kembalian itu dan berpurapura menjauh dari si pelayan. Ternyata benar, diapun tidak menggubris saya. Waktu saya kecil, saya seringkali mengingat perkataan bapak saya. " Apalah arti uang segitu, kalau dibandingkan pemberian tuhan sama kita." Perkataan itu seringkali saya dapati saat menemani bapak berbelanja di warung peot kaki lima seberang jalan. Lalu, tidak jarang bapak juga menyuruh saya membeli rokok seharga e

teriak dan hujan reda

karena merasa dingin oleh hujan di luar sana saya mengendap masuk diamdiam di ruang ini sesekali masih juga saya mengintip dari jendela orangorang masih berteduh dan bercakap ria cukup ramai di luar sana oleh ceritacerita peluh tapi disini tidak ada perapian yang hangat kita hanya saling menatap menunggu hujan gigitgigit kuku bagai kalah perang dalam judi bola jika menang kita teriak tentu saja : 'eureka eureka eureka..' lalu kita ikut teduh di luar sana biar rame hujan kita lewati oleh cerita peluh mereka hingga akhirnya cerita ini ikut peluh saya kembali lagi diamdiam di ruang ini sambil gigit kuku berharap ada cerita lagi biar bisa teriak atau menunggu hujan reda

hari jadi aan

hujan sudah hampir kering kau tatap kepalamu semakin banyak ditumbuhi pepuisi kecamatamu sudah melebihi saya istrihatlah sejenak, supaya segar biar tetap tahun lahirmu di angka 1982 lain waktu ceritalah tentang tukang KTP baru yang begitu harap senang kau ubah tahunnya sesukamu

selamat ulang tahun kepada kamu (blog saya )

saya hampir lupa kurang lebih tiga tahun kau banyak mendengar keluhan saya dan setiap seratus tulisan saya merayakanmu selamat ulang tahun yang kedua kalau begitu..

sejak sajak cinta

saya mulai mengenalmu semasa culun di sekolah dasar tapi sama sekali buta kalau cinta itu biasa di matamu perasaan itu hanya biasa datang lewat buku cerita heroik belumbelum ada sajak atau puisi sama sekali merasakan tentu saja, apalagi lewat kisah kopingho saya mengira engkau sederhana dan bersahaja memang sederhana tapi tidak bersahaja ituitu saja dari cerita kopingho sampai donal bebek belum saya dapati yang sepertimu saya memulainya dengan membolakbalik kata tapi tetap saja tidak menemukanmu sampai ketika saya mencari kertas di bawah kolong meja mendapati kucingkucing kecil tertidur pulas ditetek induknya saya tau sekarang kamu disitu rupanya tidak jauhjauh merumit cinta yang ituitu juga

persiapan UML

di sebuah warung kopi, pekumpulan para caleg bikin saya linglung beberapa diantara, ada saya kenal dahulu aktivis kampus ada juga tukang domino di mace-tempat nongkrong kami rupa-rupa mereka tidak mengenal saya, tapi saya kenal dia-dia si anu si itu, kalo ngomong hebat minta ampun sampe bergidik ini bulu kuduk kalo bisa seperti mereka tapi itu dahulu di sebuah warung kopi saya bersua lagi lagilagi dibikinnya meja bundar ada yang berkoko, ada pakai sarung selebihnya necis pake sepatu pantofel mereka berubah cepat sekali kayak superman-superboy langsung lari ke ruang ganti berseragam yang sama. Pantofel dan necis tentu saja kalo berjalan : "prak-prak-prak" nenteng komunikator : "auuuauuu-- sunrise-sunrise" wow nge jazz pula ringtone-nya tapi dahulu dan sekarang sama saja selalu seragam si merekamereka itu pake sandal-kaos oblong ke kampus rokok sebatang ngutang di mace sekarang meremereka mendaftar masuk sekola baru kiranya ada ospek juga disana mereka lagi persiapan

....

Image
bukan melulu ituitu saja bisakah kita tidak membilang ituitu saja saya pergi ke pasar saya lagi makan saya lagi minum saya lagi mengobrol saya lagi berkunjung ke tempat ini yah.. seperti perkataan teman, bosan melihat mereka menulis makan ini makan itu bikin anu bikin situ.. ... knapa ngak bikin anak sekalian atau kenapa ngak jadi binatang jalang sekalian itu luar biasa bukan tidak seperti tukang monyet keliling si anu pergi ke pasar.. si itu lagi makan ice cream hahaha saya juga kalo begitu mo mengabarkan ada reunian dengan para tukang sapu jalanan hari ini..... | --- lelaki perlu datang bulan juga keknya --- |

mimpi lewat mimpi

PSP : saya sayang kamu, karna kau matahariku.. sengaja saya mengirim ini di waktu tidurmu biar saya bisa datang diamdiam menyapamu juga supaya kita tidak butuh sms dan panggilan tak terjawab membuat kita samasama kaget namanya psp, pesan sajak pendek tapi sayang sekali penghubung lewat mimpi tak kau aktifkan padahal setengah mati saya membuat katakata ini tidurmu nyenyak barangkali atau kau memakai gelang, kalung cincin putih tahan mimpi juga barangkali kau membaca ayat kursi sebelum tidur supaya mimpi tidak datang tapi sayang sekali pesan sajak pendek belum ada diciptakan penghubung lewat mimpi juga begitu jadi panggilan tak terjawab tadi siapa siapa...