Posts

Showing posts from June, 2009

Pedagang Ikan Asin, Melawan Asing Bertangan Buntung di Pasar Becek dan Ramai

masih saja ia merenda gusar memaksa senyum merekah di pikuk ramai pembeli senyum adalah segalanya, sebab begitu ia tak merasa asing menjaja ikan asin dagangannya cecunguk kecil yang beterbangan di deret gantung ikan asin hampir hilang dari gusarnya sebab matanya terus awas mengancam usir sekali tiup dari mulut yang kering

dongeng pemilu raja hutan

Image
mereka menitip harapan di hutan gelap yang belukar. semua yang sepasang, pasrah ditubuhi belantara merambati mata, telinga, lengan dan kaki sepasang. dari kaca suara pewarta hingga kain tipis yang melekat. ada yang berkoar, kalem, gagah, telusur cari mangsa

(Andai) Munir Penikmat Kopi Ampas di Beranda Bersama Istrinya

kita di beranda menikmat segelas kopi panas tak diaduk menunggu sisasisa ampas tenggelam dalam balut gelas bening tertutup rapat satusatu orang lewat depan rumah menoleh bergantian tidak menyapa menunggu pesan tersingkap dari mulut terkatup rapat tidak ada harapan kali ini, kita pasti mati terbungkam oleh waktu serupa ampas kopi dan perlahan tinggal sedikit ya dan sedikit lagi lalu kau pergi hanya sebentar untuk datang kembali, berjanji menikmat kopi dan mengaduknya tanpa menunggu ampas tenggelam makan waktu saat segelas kopi tidak lagi panas, dan tutupnya terbuka dan orangorang mulai menyapa bergantian di depan rumah berusaha jangkau tangan kita adakah orangorang menoleh itu, kau kenal sampai kau hilang terlalu cepat dan belum sempat menikmati hangatnya kopi ampas kesukaanmu

Pohon Apel

di bawah pohon apel belakang rumah kita, kau ingin ada disitu sebagai janji biar anak kita kelak mudah memetiknya kau tak ingin dikubur di pemakaman yang ramai seperti lalulintas pagi, di hari senin, katamu Tapi hanya di bawah pohon apel yang jauh dari ramai, dan orang-orang tidak menziarahimu juga supaya kau bisa meraba anakanakmu kelak yang ditinggal hidup dan berpesan pohon apel itu adalah kau, yang menjelma sebatang dan beranting dedaun itu sebabnya, anak-anak rajin merawatmu memetiknya dan memberinya ke tetangga mereka tidak pernah melahap sebuah apel pun sayang memetikmu seperti memandang engkau yanh memarahi, menasehati dan membelai kami