Posts

Showing posts from April, 2011

I La Galigo dan Cerita di balik Tembok Fort Rotterdam

Image
Malam yang cerah dan semilir angin sepoi sungguh romantis. Belum ada rintik hujan yang bakal keras menghantam Makassar di Jalan Ujung Pandang yang masih tergolong daerah pantai. Di emperan jalan itu, sepasang kekasih duduk santai di warung remang. Sambil menikmati es kelapa muda. Keduanya bertanya heran. "Acara apa di seberang sana?" Setelah membaca baliho raksasa, ada tanya kemudian. "Apa itu Lagaligo?" Keduanya tak jauh dari Benteng Fort Rotterdam-atau sekitar 20 meter pintu gerbang di seberang jalan, tempat berlangsungnya pementasan teater megah tahun ini, I La Galigo. Wajar ada yang berpendapat kalau pementasan pementasan I La Galigo adalah utopia bagi sebagian masyarakat biasa. Barangkali perkataan itu ada benarnya, jika merujuk pada seni pertunjukan. Apalagi I La Galigo adalah warisan budaya bugis kuno yang diangkat ke atas seni pertunjukan teater. "Seni itu mahal bung. Mengelolanya itu butuh kerja keras," kata Asdar Muis RMS, budayawan Makassar.

Perjalanan Singkat Mengenal I La Galigo

Image
Aduh. Kartu pos berbahasa perancis ini begitu menggoda pandangan mata saya. Latar foto itu orangtua berjenggot, berpakaian ala putih seperti dewa yang baru turun dari langit. Diapit rumah-rumah kecil. Dibalik kartu pos itu adalagi gambar arena layaknya menyaksikan pertunjukan ala Romawi. Penonton di arena itu terkesima pada satu pandangan teaterikal. Sebangsa apa yang membuat kartu pos semewah ini? Usut punya usut, latar foto itu adalah latar pentas teater di Lyon Perancis. Saya lebih terkesima lagi ketika mengetahui pentas teater itu bernama I La Galigo, kisah panjang epos sastra terbesar di dunia melebihi Mahabarata. Dua bulan lalu saya mendengar I La Galigo akan dipentaskan di Makassar. Sebuah pentas lima tahun silam begitu spektakuler ditayangkan di Harian Kompas. Saya hanya melihat siluet fotonya yang luar biasa. Tapi belum ada ketertarikan di masa itu. Belum ada gairah untuk mencari tahu. Hingga suatu ketika saya bertemu dengan Abdul 'Simon' Murad. Dari tangannyalah sa